Motivasi
Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan sebuah kegiatan yang bertujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan suatu kegiatan yang bertujuan ini disebut dengan motivasi. Motivasi ini tidak terlepas dari dorongan yang berasal dari dalam maupun luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan ini menjadi sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, massif dan melibatkan banyak
Munculnya motivasi tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan individu oleh karena adanya struktur kebutuhan tertentu yang dapat bersifat intrinsik maupun ekstrinsik, secara tunggal maupun majemuk dapat mendorong motivasi bertindak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan manusia selalu didasarkan pada motif, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Kajian mengenai motivasi telah banyak dilakukan, sebagai contoh yang dilakukan oleh para filsuf Yunani. Filsuf-filsuf Yunani di abad ke-XIX telah menelaah mengenai motivasi bahwasannya perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh fisik dan spiritual.
Pengaruh spiritual yang mendasari perilaku manusia yang akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak sesungguhnya adalah sebuah naluri dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.
Salah satu naluri dasar dari manusia adalah pengakuan akan eksistensi Tuhan yang melahirkan berbagai macam ritual-ritual yang merupakan manifestasi dari penyembahan, penyerahan diri dan pengagungan terhadap Sang Khalik.
Lahirnya ritual-ritual ini merupakan dorongan dari dalam manusia yang dalam perkembangannya menjadi sebuah lembaga yang kemudian disebut dengan agama dan kepercayaan.
Praktik-praktik ritual dalam keagamaan ini bisa berasal dari teks-teks kitab suci yang menjadi pedomannya ataupun hasil kreasi olah pikir manusia. Keberadaan praktik-praktik ibadah ini tidak bisa dilepaskan dari proses sosial. Contoh dari proses sosial antara manusia dengan lingkungannya adalah kehidupan bangsa
Agama sebagai sesuatu yang dianggap dari Tuhan Yang Maha Esa telah, sedang dan akan terus mempengaruhi pola hidup dan tingkah laku para pemeluknya. Pengaruh agama dalam kehidupan berbudaya atau sebaliknya telah menciptakan suatu tradisi yang beraneka ragam. Dialektika hubungan agama dan tradisi terjadi dalam masyarakat yang digolongkan dalam golongan tradisional (Parlin, 2000).
Islam sebagai salah satu agama yang diakui keberadaannya di
Mengutip pernyataan dari S. Soebardi dan Woodcraft-Lee (Zakiyudin, 1995) bahwasannya watak masyarakat
Agama Islam menurut perkiraan telah dibawa ke
Dakwah yang dikembangkan oleh walisongo ternyata membekas di hati masyarakat. Bahkan keberadaan walisongo hingga kini dikeramatkan.
Penghormatan masyarakat Jawa terhadap walisongo tidak terhenti pada pelestarian ritual dan budaya yang telah di ciptakan, melainkan hingga pada proses mistikasi keberadaan walisongo itu sendiri. Keberadaan makam-makam walisongo ini menjadi bagian dari objek mistikasi berupa ritual ziarah kubur hingga khaul sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa walisongo. Hal inilah yang melatarbelakangi masyarakat sekitar makam walisongo seperti yang terjadi di masyarakat Desa Kauman Kota Kudus dengan mengadakan kegiatan ritual adat buka luwur di makam Sunan Kudus dan menjadi agenda tahunan.
Ritual adat buka luwur adalah ritual tahunan yang dilaksanakan di Makam Sunan Kudus yang berlokasi di kompleks Masjid Al Aqsha Menara Kauman Kudus. Kegiatan ini berupa penggantian kain mori putih yang menyelubungi bangunan atau Makam Sunan Kudus. Ritual adat buka luwur ini dilaksanakan setiap bulan Asy Syuro tepatnya pada tanggal 10.
Terjaganya ritual adat buka luwur dalam kehidupan masyarakat Kauman Kudus ini tentunya tidak berlangsung begitu saja, melainkan ada nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup dan sandaran di masyarakat. Menurut keyakinan orang Jawa, kehidupan dipandang telah mengikuti suatu pola yang agung yang teratur dan terkoordinasi yang harus diterima oleh mereka. Mereka harus menselaraskan diri dengan apa yang lebih agung dari diri mereka sendiri serta berusaha agar mereka tetap dalam keadaan damai dan tentram (selamet). Maksud utama praktek sosio religius orang Jawa tidak ada lain kecuali mendapatkan keselamatan di dunia ini (Murtadho, 2002).
Herusatoto (1993) mengungkapkan bahwa pandangan hidup orang Jawa berdasarkan gabungan alam pikir Jawa tradisional, kepercayaan Hindu atau filsafat Hindia, dan ajaran tasawuf Islam. Demikian halnya yang mendasari terlaksananya ritual adat buka luwur di Makam Sunan Kudus.
Tetap lestari dan terjaganya ritual adat buka luwur di Makam Sunan Kudus ini menjadi keunikan tersendiri. Di tengah gencarnya arus modernisasi dan globalisasi serta letak geografis Makam Sunan Kudus yang berada di tengah
0 comments