Lihat-Klik-Uang akan mengalir terus

bagi teman teman pemburu dollar kita bisa dapatkan itu asalkan kita bersabar. seperti pada program ptc di bawah ini.
program ini memberikan $0.07 per klik kalau mau daftar silahkan klik banner ini

program ini memberikan $0.1 per klik kalau mau daftar silahkan klik banner ini


program ini memberikan $1 per klik dan sign up website $10 kalau mau daftar silahkan klik banner ini

kalau yang ini agak gampang, perkliknya $0.01 payoutny $2 ke Paypal

program ini Tidak jauh beda dengan bux.69

sama juga


semua pembayaran melalui AlertPay dan juga PayPal. jika belum ada account anda disana bisa didaftarkan di sini 1. untuk AlertPay 2. untuk PayPal

Berikut Daftar Mendapat Uang di Internet

Solusi Investasi


Apa sebenarnya kendala utama arus investasi di negeri ini? Keamanan yang belum kondusif, ekonomi biaya tinggi, upah buruh, tumpang tindihnya peraturan penanaman modal atau hal lainnya?

Belum terlalu lama rasanya ketika iklim dunia usaha di Tanah air ditandai oleh pertentangan yang tajam antara buruh dan pengusaha dalam memandang keberadaan UU No.13/2003 tenteng ketenagakerjaan.Kalangan pengusaha maupun investor,termasuk asing, menilai UU tersebut tidak pro-investasi.

Karena itu, pemerintah berkeinginan merevisi Undang-undang itu.Seperti sudah diduga, rencana tersebut ditenteang habis para pekerja.

Wacana yang berkembang saat itu adaklah revisi UU No.13/2003 dilakukan untuk menyelesaikan salah satu sumber masalah yang menjadi penghambat iklim investasi.Dengan investasi diharapkan lapangan kerja yang lebih luas bisa terciptakan, sehingga secara bertahap bisa mengurangi jumlah pengangguran.

Namun, sosialisasi terhadap rencana revisi itu tampaknya lebih banyak bias daripada berkurangnya berbagai fasilitas bagi pekerja. Sebaliknya hal itu dianggap memberi kelonggaran yang lebih banyak bagi perusahaan dalam memperlakukan pekerja, termasuk status pekerja kontrak dan alih daya ( outsourching).

Harian ini memandang bahwa aspirasi dunia usaha maupun pekerja terakomodasi dalam revisi UU Ketenagakerjaan tersebut, sehingga tidak ada pihak yang merasa sangat dirugikan maupun diuntungkan.

Tapi apabila pemerintah, seperti yang disampaikan Mennakertrans Erman Suparno, ingin lebih fokus pada pencarian solusi terhadap faktor utama penghambat investasi diluar revisi tadi, pemikiran itupun patut didukung meski implementasinya masih harus menunggu hasil kajian akademis dari lima perguruan tinggi. Paling tidak hal itu didasari dua alasan.

Pertama,Pemerintah harus lebih berkonsentrasi lagi terhadap penataan sistem jaminan sosial tenaga kerja, termasuk soal pesangon yang selama ini menjadi momok pengusaha,serta mekanisdme pemberian hak jaminan sosial bagi pekerja yang berstatus alih daya. Pemberian hak ini, menurut rencana, dilakukan melalui dengan merevisi UU No.3/1992 dan bukan UU No.13/2003.

Kedua, pada saat yang sama pemerintah juga berkewajiban mencari solusi efektif untuk mewngatasi penghambat investasi diluar masalah ketenagakerjaan.

Bila dititik lebih jauh, dan ini juga dipahami secara bijaksana oleh pemerintah, tantangan paling berat dalam memperbaiki iklim investasi adalah bukan sekedar merevisi UU Ketenagakerjaan. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi, mulai dari memberikan kepastian hukum, perbaikan infrastruktur, hingga pemangkasan biaya tinggi lainnya.

Rasannya sudah begitu banyak insentif investasi yang diluncurkan pemerintah, termasuk inpres No.3/2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Investasi yang diluncurksan awal Maret lalu. Karenas itu kita berharap jika pemerintah benar-benar berkomitmen untuk melakukan dua pemikiran di ats, niscaya secara perlahan Indonesia akan ditengok kembali sebagai negara tujuan investasi.

Artinya, disatu pihak, hubungan antara pekerja dan pengusaha berjalan kondusif dan tidak ada salah satu pihak yang dipusingkan. Sedangkan di pihak lain, masuknya investasi, termasuk dari manca negara, diharapkan mampu memecu kegiata usaha lebih cepat lagi dengan pembukaan lapangan kerja baru.

SUMBER:Bisnis Indonesia 22 Juni 2006

www.inventasi-emas.info

Pengertian Kewirausahaan

Definisi Kewirausahaan menurut David E. Rye (1996: 6) adalah suatu pengetahuan terapan dari konsep dan teknik manajemen yang disertai risiko dalam merubah atau memproses sumberdaya menjadi output yang bernilai tambah tinggi (value edded). Perubahan ini dilakukan melalui menciptaan diferensiasi, standarisasi, proses dan alat desain dalam menciptakan pasar dan pelanggan baru.

Selain itu, definisi Kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan dan Mem-budaya-kan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi kewirausahaan dapat membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian nasional. Sesungguhnya, kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages) dibandingkan dengan konglomerasi. Di masa mendatang, para wirausahawan dituntut untuk mampu mentransformasikan keunggulan kompetitif nasional. Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah:

1. Entrepreneur memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan menciptakan kesempatan kerja. Karena target entrepreneur adalah masyarakat kelas menengah dan bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam proses trickling down effect.

2. Seorang entrepreneur memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan untuk berkerja sama secara integral.

3. Pengembangan kewirausahaan mendapat dukungan penuh dari banyak pihak, termasuk cendikiawan dan decision maker dalam pembangunan. Keberadaan Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, mencerminkan perhatian yang besar terhadap pengembangan kewirausahaan.

Sangat mendesak untuk mengoptimalkan keunggulan komparatif tersebut sehingga menjadi “senjata” untuk meraih keunggulan kompetitif. Jangan sampai keunggulan komparatif tersebut justru menjadi bumerang.

Kewirausahaan memiliki proses yang saling terintegrasi satu dengan lainnya, meliputi seluruh fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptakan organisasi untuk merealisasikannya. Proses membentuk faktor-faktor tak-samaan yang saling terkait yang membentuk domain wirausahawan.

Pengertian Wirausahawan

Wirausahawan adalah seorang katalisator. Mereka adalah orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka menggunakan kreativitasnya untuk senantiasa melakukan pengembangan yang bersinambungan. Wirausahawan didefinisikan oleh David E. Rye (1996: 3-4) sebagai seorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha dan pengembangan baru, memperluas dan memberdayakan suatu perusahaan/organisasi, untuk memproduksi produk baru atau menawarkan jasa baru kepada pelanggan baru dalam suatu pasar yang baru.

Dalam bahasa Joseph Schumpeter, wirausahawan didefinisikan sebagai orang yang memperbaiki orde ekonomi yang sudah ada dengan memperkenalkan produk (barang dan jasa) baru, dengan menciptakan organisasi baru, atau dengan mengeksploitasi bahan baku baru (Bygrave, 1996: 1). Definisi lain tentang wirausahawan yang dipresentasikan oleh William D. Bygrave adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1996: 2).

Karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat-syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi.

Dengan demikian, seorang wirausahawan mengetahui berbagai fungsi yang terkait dalam mengelola suatu perusahaan/organisasi, seperti fungsi manajemen, keuangan, pemasaran, produksi, operasi, sumberdaya manusia, organisasi dan kelembagaan. Wirausahawan adalah seorang yang berorientasi prestasi dan meyakini bahwa mereka menguasai kemampuan sendiri

PROSES JALANNYA RITUAL

Secara teoritik, tujuan melakukan ritual religi adalah untuk memperoleh kepuasan ritual, di samping memang masih ada tujuan-tujuan lainnya. Mereka yang telah mencapai kepuasan ritual itu pada umumnya menyatakan dia telah memperoleh rahmat atau barokah dari dunia supernatural atau dari roh-roh yang di sembahnya.

Ritual sendiri adalah kumpulan berbagai bahan atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghubungkan dengan dunia supernatural. Demikian pula yang terjadi dalam ritual adat buka luwur.

Ritual buka luwur dimulai dengan pembacaan do’a yang dilakukan di tajug atau pendopo yang terletak di kompleks Makam Sunan Kudus. Tajug ini berbentuk segi empat yang bermotifkan bangunan Jawa, model atap yang berundak-undak dengan empat tiang penyangga di tiap sisinya yang terbuat dari kayu jati sedangkan lantainya dari keramik yang diatasnya terhampar karpet bermotif masjid. Peserta ritual buka luwur duduk di seputar tajug dan mengelilingi luwur yang nantinya akan dipasang. Peserta ritual ini kesemuanya berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah antara 50-70 orang. Peserta ritual buka luwur adalah Ulama atau Kyai, tokoh masyarakat, Pemda, DPRD, Pengurus Perhimpunan Pemangku Makam Auliya (PPMA) dan tamu undangan lain.

Ritual adat buka luwur ini dipimpin oleh pemuka adat atau Ulama setempat. Para peserta mengikuti do’a yang dilantunkan oleh pemimpin upacara beberapa saat setelah pemimpin upacara membaca do’a Asy Syuro kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah sebanyak satu kali, Al Ikhlas tiga kali, Al Falaq tiga kali, An Nas tiga kali, yang semuanya dibaca secara bersamaan oleh peserta ritual buka luwur. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan tahlil dan ditutup dengan do’a yang sering dibaca oleh umat Islam dalam kesehariannya.

Luwur yang semula berada di tengah-tengah tajug kemudian diarak oleh peserta ritual buka luwur menuju makam Sunan Kudus yang berada di sisi utara tajug diiringi dengan lantunan sholawat. Hanya beberapa orang saja yang bisa masuk ke bagian utama Makam Sunan Kudus untuk memasang luwur di Makam dan Nisan Sunan Kudus, sementara peserta ritual lainnya berada di luar bagian utama makam Sunan Kudus. Setelah prosesi pemasangan selesai dilanjutkan dengan pembacaan do’a tahlil.

Upacara ritual buka luwur ini diakhiri dengan do’a yang dibacakan oleh Kyai yang paling senior di Kudus. Peserta mengamini setiap kali Kyai selesai membacakan do’a. Setelah do’a penutup dibacakan, para peserta ritual Buka luwur meninggalkan area makam Sunan Kudus. Di depan pintu keluar tampak 5 orang panitia membagikan nasi jangkrik goreng yang dibungkus dengan daun jati dan ditaruh dalam keranjang.

METODE

Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Semua informan ditetapkan dengan strategi purposif. Kriteria yang digunakan adalah informan adalah warga Kauman asli dan terlibat dalam ritual adat buka luwur.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi terlibat maupun tidak terlibat, studi kepustakaan dan dokumentasi.

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui metode wawancara mendalam secara langsung terhadap informan yang terpilih, pengamatan terlibat atau pun tidak terlibat terhadap fokus penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kepustakaan, instansi pemerintah dan sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Motivasi

Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan sebuah kegiatan yang bertujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan suatu kegiatan yang bertujuan ini disebut dengan motivasi. Motivasi ini tidak terlepas dari dorongan yang berasal dari dalam maupun luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan ini menjadi sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, massif dan melibatkan banyak massa. Hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai kesamaan tujuan dan alasan. Sebagai contoh adalah organisasi kemahasiswaan, organisasi keagamaan, perusahaan dan lain sebagainya.

Munculnya motivasi tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan individu oleh karena adanya struktur kebutuhan tertentu yang dapat bersifat intrinsik maupun ekstrinsik, secara tunggal maupun majemuk dapat mendorong motivasi bertindak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan manusia selalu didasarkan pada motif, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Kajian mengenai motivasi telah banyak dilakukan, sebagai contoh yang dilakukan oleh para filsuf Yunani. Filsuf-filsuf Yunani di abad ke-XIX telah menelaah mengenai motivasi bahwasannya perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh fisik dan spiritual. Para filsuf juga berpendapat bahwa pemikiran merupakan sumbangan terhadap dorongan untuk manusia bertindak, dimana pikiran adalah motivasi primer bagi manusia (Rosana, 2000).

Pengaruh spiritual yang mendasari perilaku manusia yang akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak sesungguhnya adalah sebuah naluri dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.

Salah satu naluri dasar dari manusia adalah pengakuan akan eksistensi Tuhan yang melahirkan berbagai macam ritual-ritual yang merupakan manifestasi dari penyembahan, penyerahan diri dan pengagungan terhadap Sang Khalik.

Lahirnya ritual-ritual ini merupakan dorongan dari dalam manusia yang dalam perkembangannya menjadi sebuah lembaga yang kemudian disebut dengan agama dan kepercayaan.

Praktik-praktik ritual dalam keagamaan ini bisa berasal dari teks-teks kitab suci yang menjadi pedomannya ataupun hasil kreasi olah pikir manusia. Keberadaan praktik-praktik ibadah ini tidak bisa dilepaskan dari proses sosial. Contoh dari proses sosial antara manusia dengan lingkungannya adalah kehidupan bangsa Indonesia secara umum. Bangsa Indonesia dengan penduduk yang multikultural, beraneka budaya, suku bangsa serta agama tetapi menjadi satu kesatuan nusantara dan membentuk satu kebudayaan Indonesia. Pada prosesnya adat istiadat, agama dan budaya menjadi sebuah rangkaian yang terkait dan saling memperkaya. Praktik-praktik ritual adat yang ada di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari akulturasi antara budaya dan agama terutama agama Hindu, Budha dan Islam.

Agama sebagai sesuatu yang dianggap dari Tuhan Yang Maha Esa telah, sedang dan akan terus mempengaruhi pola hidup dan tingkah laku para pemeluknya. Pengaruh agama dalam kehidupan berbudaya atau sebaliknya telah menciptakan suatu tradisi yang beraneka ragam. Dialektika hubungan agama dan tradisi terjadi dalam masyarakat yang digolongkan dalam golongan tradisional (Parlin, 2000).

Islam sebagai salah satu agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dengan seperangkat nilainya telah mempengaruhi pola budaya dan tradisi masyarakat pemeluknya. Aspek sosial budaya dari masyarakat setempat ketika agama Islam mempengaruhinya tidak serta merta terkikis seketika, namun terjadi proses transformasi yang hingga kini masih terus berlangsung. Sebagai contoh adalah upacara mitoni, selametan, tedak siti merupakan tradisi Jawa yang mengalami akulturasi dengan Islam dan masih bertahan hingga kini. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Clifford Geertz dan Van Der Kroef (Zakiyudin, 1995) yang menyatakan bahwa untuk memahami kebudayaan masyarakat Indonesia tidak dapat dilepaskan dari Islam yang telah memainkan peranan dalam membentuk kebudayaan itu.

Mengutip pernyataan dari S. Soebardi dan Woodcraft-Lee (Zakiyudin, 1995) bahwasannya watak masyarakat Indonesia masa kini dan warisan budayanya tidak dapat meninggalkan penelaahan terhadap peran Islam semakin menguatkan bahwasannya telah terjadi akulturasi antara ritual yang sudah menjadi tradisi dengan agama itu sendiri. Hal itu pun terjadi di Pulau Jawa di mana Ulama yang kemudian terkenal dengan sebutan walisongo memegang peranan yang sangat penting dalam proses akulturasi budaya. Penciptaan tembang-tembang Jawa, wayang kulit hingga upacara memperingati Maulid Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan grebeg mulud, sekatenan adalah contoh dari peranan walisongo dalam hal ini Sunan Kalijogo mengakulturasikan Islam dan ritual hingga menjadi ritual adat Jawa (Chodjim, 2004).

Agama Islam menurut perkiraan telah dibawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang dari India sekitar abad ke –XVI (Bleeker, 2004). Di Jawa khususnya, agama Islam disebarkan oleh Ulama yang kemudian dikenal dengan sebutan walisongo. Tradisi dan ritual adat pun menjadi sarana untuk mensyiarkan Islam. Sebagai contoh adalah penciptaan wayang purwa, gamelan dan tembang mocopat adalah hasil akulturasi antara teks-teks keagamaan dengan wacana kebudayaan melahirkan kearifan lokal yang mampu menciptakan suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Jawa (Purwadi, 2005).

Dakwah yang dikembangkan oleh walisongo ternyata membekas di hati masyarakat. Bahkan keberadaan walisongo hingga kini dikeramatkan.

Penghormatan masyarakat Jawa terhadap walisongo tidak terhenti pada pelestarian ritual dan budaya yang telah di ciptakan, melainkan hingga pada proses mistikasi keberadaan walisongo itu sendiri. Keberadaan makam-makam walisongo ini menjadi bagian dari objek mistikasi berupa ritual ziarah kubur hingga khaul sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa walisongo. Hal inilah yang melatarbelakangi masyarakat sekitar makam walisongo seperti yang terjadi di masyarakat Desa Kauman Kota Kudus dengan mengadakan kegiatan ritual adat buka luwur di makam Sunan Kudus dan menjadi agenda tahunan.

Ritual adat buka luwur adalah ritual tahunan yang dilaksanakan di Makam Sunan Kudus yang berlokasi di kompleks Masjid Al Aqsha Menara Kauman Kudus. Kegiatan ini berupa penggantian kain mori putih yang menyelubungi bangunan atau Makam Sunan Kudus. Ritual adat buka luwur ini dilaksanakan setiap bulan Asy Syuro tepatnya pada tanggal 10.

Terjaganya ritual adat buka luwur dalam kehidupan masyarakat Kauman Kudus ini tentunya tidak berlangsung begitu saja, melainkan ada nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup dan sandaran di masyarakat. Menurut keyakinan orang Jawa, kehidupan dipandang telah mengikuti suatu pola yang agung yang teratur dan terkoordinasi yang harus diterima oleh mereka. Mereka harus menselaraskan diri dengan apa yang lebih agung dari diri mereka sendiri serta berusaha agar mereka tetap dalam keadaan damai dan tentram (selamet). Maksud utama praktek sosio religius orang Jawa tidak ada lain kecuali mendapatkan keselamatan di dunia ini (Murtadho, 2002).

Herusatoto (1993) mengungkapkan bahwa pandangan hidup orang Jawa berdasarkan gabungan alam pikir Jawa tradisional, kepercayaan Hindu atau filsafat Hindia, dan ajaran tasawuf Islam. Demikian halnya yang mendasari terlaksananya ritual adat buka luwur di Makam Sunan Kudus.

Tetap lestari dan terjaganya ritual adat buka luwur di Makam Sunan Kudus ini menjadi keunikan tersendiri. Di tengah gencarnya arus modernisasi dan globalisasi serta letak geografis Makam Sunan Kudus yang berada di tengah kota, masyarakat Kauman tetap setia menjalankan tradisi ritual ini. Hal inilah yang menimbulkan keingintahuan penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai ritual adat buka luwur. Di balik tradisi ritual adat buka luwur di Makam Sunan Kudus, motivasi apakah yang melatarbelakangi masyarakat Kauman melakukan ritual adat buka luwur? Nilai hidup apakah yang menjadi landasan masyarakat Kauman dalam melakukan ritual adat buka luwur? Apa dampaknya terhadap masyarakat secara umum dan masyarakat Kauman secara khusus dengan adanya ritual tersebut?

Sponsor

Sponsor